Jakarta - Kiamat kecil yang bakal menghantam pengguna internet pada 9 Juli ini, membuat pengguna internet di seluruh dunia harap-harap cemas.
Kecemasan terjadi karena dua hal. Pertama, apakah komputernya terinfeksi malware DNScharger. Kedua, isu 'kiamat kecil' ini hanya akal-akalan saja.
Sebagai informasi, DNSCharger memiliki kemampuan mengubah DNS komputer korbannya dan mengarahkannya ke server-server DNS palsu yang telah dipersiapkan sebelumnya.
DNS atau Domain Name Server merupakan sarana penerjemah antara bahasa manusia dengan alamat IP (internet protocol) yang merupakan bilangan angka.
Sebagai gambaran, pengguna tentu lebih mudah mengingat www.google.com sedangkan sistem komputer sebenarnya mengidentifikasi alamat komputer itu dengan angka atau IP address.
Memang FBI melalui Operation Ghost Click berhasil mencokok enam penjahat yang menginfeksi jutaan komputer pada November 2011 lalu itu. Jika komputer terinfeksi oleh DNSCharger dan belum dibersihkan, maka pada tanggal 9 Juli 2012 akan dibersihkan dan menyebabkan komputer yang terinfeksi tidak bisa diakses.
Awalnya memang, pengadilan memerintahkan FBI untuk mematikan DNS server palsu pada tanggal 8 Maret namun diperpanjang 9 JUli.
Nah, selama rentang waktu antara Maret hingga ke Juli tersebut, FBI menyediakan situs beralamat di antaranya,
- http://dns-ok.us
- http://dns-ok.de
- http://dns-ok.ax/index_en.html
- http://dns-ok.fi/index_en.html
Pro dan kontra pun menyeruak. Sebab dituduhkan kalau DNSCharger ini sebenarnya adalah konsiparasi yang dilakukan oleh FBI. Lembaga intelijen Amerika Serikat itu sebetulnya hanya ingin memantau komputer di seluruh dunia dengan menebar teror 'DNSCharger'.
"Saya pikir FBI hanya menginginkan semua orang untuk pergi ke situs tersebut, lalu mengecek komputernya, yang kemudian data itu diolah oleh FBI sebagai riset," klaim salah satu pengguna internet di sebuah tulisan, yang dilansir Emirates247 dan detikINET kutip, Senin (9/7/2012).
"Ini hanya membuat orang ketakutan saja. Seperti kejadian Y2K (Year Two Kilo) -- peristiwa heboh yang katanya kesalahan perhitungan oleh komputer pada sistem dokumentasi digital--," tulis pengguna internet yang lain.
Di Indonesia, peristiwa ini sempat menghebohkan, bahkan Menkominfo Tifatul Sembiring sampai angkat bicara. Menurutnya isu ini jangan sampai membuat panik, walau diminta untuk tetap waspada.
Sumber
{ 0 komentar... Skip ke Kotak Komentar }
Tambahkan Komentar Anda